Tuesday, December 31, 2013

Selamat Tahun Baru


Kawan, sudah tahun baru lagi
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk?
Memandang diri sendiri?
Bercermin firman Tuhan sebelum kita dihisab-Nya?
Kawan, siapakah kita ini sebenarnya?
Musliminkah?
Mukminin?
Muttaqin?
Khalifah Allah?
Umat Muhammad-kah kita?
Khaira ummatin kah kita?
Atau kita sama saja dengan makhluk lain?
Atau bahkan lebih rendah lagi?
Hanya budak-budak perut dan kelamin.

Iman kita kepada Allah dan yang ghaib
rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan
Lebih pipih dari kain rok perempuan.
Betapapun tersiksa, kita khusyuk di depan massa
dan tiba-tiba buas dan binal justru di saat sendiri bersama-Nya.
Syahadat kita rasanya seperti perut bedug,
atau pernyataan setia pegawai rendahan, kosong tak berdaya.
Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu-ibu
Lebih cepat daripada menghirup kopi panas
Dan lebih ramai daripada lamunan seribu anak muda.
Doa kita sesudahnya justru lebih serius kita
Memohon hidup enak di dunia dan bahagia di surga.
Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadwal makan minum dan saat istirahat
Tanpa menggeser acara buat syahwat.
Ketika datang lapar atau haus; kitapun menggut-manggut,
“Oh beginikah rasanya.”
Dan kita sudah merasa memikirkan saudara-saudara kita yang melarat.
Zakat kita jauh lebih berat terasa dibanding tukang becak
melepas penghasilannya untuk kupon undian yang sia-sia..
Kalaupun terkeluarkan harapan pun tanpa ukuran,
upaya-upaya Tuhan menggantinya berlipat ganda.
Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri,
mencari pengalaman spiritual dan material.
Membuang uang kecil dan dosa besar,
lalu pulang membawa label suci asli made in Saudi. Haji.

Kawan, lalu bagaimana, bilamana dan berapa lama kita bersama-Nya?
Atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya
Mensiasati dunia sebagai khalifah-Nya.

Kawan, tak terasa kita semakin pintar
Mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita,
paling tidak kita semakin pintar berdalih.
Kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan
Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran
Melacur dan menipu demi keselamatan
Memamerkan kekayaan demi mensyukuri kenikmatan
Memukul dan mencaci demi pendidikan
Berbuat semuanya demi kemerdekaan
Tidak berbuat apa-apa demi ketentraman
Membiarkan kemungkaran demi kedamaian
Pendek kata, demi semua yang baik,
halallah semua sampai pun yang paling tidak baik

Lalu bagaimana para cendikiawan dan seniman?
Para mubaligh dan kiai penyambung lidah nabi?
Jangan ganggu mereka.
Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya
Para seniman sedang merenungkan apa saja
Para mubaligh sedang sibuk berteriak ke mana-mana
Para kiai sedang sibuk berfatwa dan berdoa
Para pemimpin sedang mengatur semuanya
Biarkan mereka di atas sana
Menikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka sendiri.

Kawan, selamat tahun baru
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk dan memandang diri sendiri?

-K.H. Bisri Musthofa-


31 Desember 2013
Arumdalu 04


Monday, December 30, 2013

Ta...


Ta, aku kah itu yang tepat satu shaf di belakangmu?

Suka-Suka, Menilik Ulang Gubuk Maya As(y)-Syahwat

Bukan saya banget, boleh dibilang begitu. Biasanya saya hanya menyunting tulisan reporter-reporter saya di Bul, memperbaiki EYD, dan menyusun ulang logika bahasa. Pun, untuk tugas kuliah saya tidak pernah me-review secara utuh karya pujangga-pujangga ternama dari daratan Timur Tengah sana, tidak pernah sama sekali. Paling jauh hanya membedahnya dengan tinjauan kritik feminis, sosiologi, dan psikologi. Itu pun dengan sudut pandang  yang masih sempit. Kali ini, saya sudah tidak melakoninya lagi. Alasannya sederhana, waktu mempersilakan saya untuk purna tugas, tidak lagi menjadi editor dan menguliti karya orang. Saya kabur dari zona nyaman dan memulainya dari sini, me-review blog Gubuk Maya As(y)-Syahwat milik Dhona Adyatma dan teman se-gank-nya.

Seperti saya selo sekali ya, buang menit dan jam untuk me-review blog antah berantah milik keroyokan? Iya, saya memang selo dan jomblo. Baiklah segera saya mulai. Hal pertama yang menjadi perhatian saya adalah judul blog ini. Bukan karena namanya as(y)-syahwat. Saya tak mengapa dengan nama dianggap berkonotasi negatif bagi sebagian orang . Sebagai mahasiswa Sastra Arab dengan nilai A pada mata kuliah Fonologi, kaidah transliterasi Arab-Indonesia sudah terpatri rapi di otak saya. Menurut kaidah, nama as-syahwat menyalahi aturan transliterasi Arab-Indonesia. As(y)-syahwat jika diarabkan maka dimulai dengan al- yang diikuti syin dan dibaca asy-, bukan al- diikuti sin lalu kemudian syin dan dibaca as-sy. Demikian tinjauan saya dari sudut pandang fonologi.

Terlepas dari ke-saklek-kan fonologi, saya mengapresiasi blog ini. Saya melihat ada diskusi nan hidup dari morfem, klausa, dan wacana yang ditumpahkan penulis-yang-entah-siapa. Dari blog ini saya melihat realita sehari-hari, tentang diri sendiri yang kadang remeh dan temeh, teman, sosial, politik, agama, dan tentu saja persoalan-klasik-dari-masa-ke-masa, sebut saja cinta. Penulis memaparkan hal dengan tidak menggurui, begitu kesan saya. Bagian paling favorit saya adalah seri Lek Gon. Cerita Lek Gon disajikan dengan bernas, memperlihatkan sudut pandang yang tidak biasa. Meskipun EYD tidak berlaku utuh dalam blog ini, tapi esensi yang ingin disampaikan tidak lantas hilang. Persoalan agama yang diangkat juga cerdas. Penulis(-penulis)nya mampu mengolah kata membalas nyinyir-an kelompok-kelompok islam di luar sana yang katanya benar segala-galanya. Mungkin saya sedikit objektif karena sepertinya saya seideologi dengan penulis. Entahlah...

Apapun itu, membaca karya orang memang membahagiakan, apalagi menuliskannya.
You are what you read and you are what you write
Salam membaca dan menulis :)
-Arumdalu 04-

Sunday, September 8, 2013

GK-08

Saya ingin kembali menjumputi kenangan bersama kalian, gekanollapan...
Dimulai dari sini...



Barangkali semacam perjodohan. Saya tidak mengenal kalian sebelumnya, tapi mau tak mau saya harus berjodoh dengan kalian selama dua bulan. Tapi siapa sangka, saya sungguh menikmati perjodohan. Kalian juga begitu bukan? :)

Friday, June 28, 2013

Semester Enam yang Khatam

Sastra Arab FIB UGM 2010
Selama tiga tahun ini, saya bukanlah sosok yang dekat dengan hidup mereka. Saya kerap sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan (atau mereka tidak mengerti apa yang saya bicarakan?). Saya lebih sering sibuk dengan diri saya sendiri. Meskipun demikian, dibalik ketidakdekatan kami, saya rasa mereka harus tahu bahwa saya selalu sayang mereka, sungguh, tanpa terkecuali.

Monday, June 3, 2013

Selagi Masih

"Selagi ayah bundamu masih ada, jangan engkau pergi jauh
Agustinus Wibowo - Titik Nol

Pernah punya jutaan keinginan untuk berkelana keliling dunia? Saya pernah. Namun sayang sampai sekarang saya belum jua berkelana, paling jauh hanya ke Malaysia, negeri jiran yang hanya dua jam dari Jojga. Berderet daftar negara tetangga juga daratan Eropa sudah saya simpan rapat-rapat dalam otak. Berharap suatu hari nanti dapat menyambanginya dan sekadar berfoto untuk merekam jejak saya. Tapi, di sudut lain yang selalu menjadi tempat kembalinya saya, ada dua sosok yang [mungkin] berat melepas saya. Ahh, lagi-lagi memang sejatinya saya tidak pernah benar-benar bisa pergi jauh. Saya selalu tidak tega mengingat bapak ibu saya di rumah. Saya masih mengenang dengan jelas bagaimana sebelum terbang ke Malaysia -bapak saya yang tidak pernah menelopon saya- berkata hati-hati di jalan di ujung telepon. Tuh kan, saya sedih. Apalagi kalau suatu hari nanti saya menetap lama di daratan lain selain di Jawa. Sekarang, saya tidak ingin apa-apa selain berada di sisi bapak ibu, menikmati kebersamaan dengan mereka. Kita tidak pernah tahu kan kapan kesempatan berbakti kita habis? 

Saturday, June 1, 2013

Hujan Bulan Juni



Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
-Sapardi Djoko Darmono-

Sunday, May 26, 2013

Dekat

Ada banyak yang belum tertumpah hingga akhirnya menggumpal menjadi amarah, kesah, dan lelah. Saya melewati fase di mana akhirnya saya merasa jauh, jauh dari Yang Maha Dekat. Sayangnya, untuk kembali pada-Nya yang layak menjadi tempat berpulang tidak semudah yang dikatakan dan dibayangkan. Saya sadar saya benar-benar telah jauh. Maka, izinkanlah saya dekat, mendekat, dan kembali dekat. Saya tidak tahu lagi harus mendekati siapa jika hanya Engkau lah yang sebenar-benarnya dekat. Sekali lagi, izinkanlah saya dekat kembali, saya mohon...

Saturday, April 20, 2013

Mendengar

Mungkin saya terlalu banyak berbicara hingga mendengar saja lupa bagaimana caranya. Sungguh, saya lupa. Tuhan akhirnya tahu bagaimana menegur kealpaan saya. Saya harus mendengar. Saya mendengar keluhan, keputusasaan, kebahagiaan, berita gembira, tawa, luka, dan juga ancaman. Saya harus mendengar semua-muanya hingga saya tak lagi banyak bicara. Saya harus mendengar keluh teman kost saya. Saya mendengar asa kawan yang pecah di titik nadir. Saya mendengar bahagia dari seberang pulau nun jauh di sana. Pula saya mendengar ancaman dari pengecut via telepon di suatu malam bersambut hujan. Saya diingatkan bahwa  pada akhirnya manusia memang harus banyak mendengar, bukan berbicara. Maka, saya tidak ingin apa-apa. Saya hanya ingin menjadi pendengar yang baik, yang mendengar sepenuh hati untuk kemudian belajar agar tak tinggi hati. Kini, saya sampaikan terima kasih kepada siapapun yang memaksa saya untuk mendengar, tak terkecuali untuk kamu, kamu yang berhati kerdil. 


*kepada siapapun, khususnya kamu yang berhati kerdil yang hanya berani mengancam anak gadis orang   

Monday, March 4, 2013

Just Hope and Prepare

ini derap harap untuk kelangsungan studi strata 1 saya.
November 2013 >> WISUDA

Thursday, February 28, 2013

Maaf


"Karena memohon ampun kepada Tuhan berarti pembebasan dari hukuman (siksa neraka), dan memohon maaf kepada orang juga menjadi syarat dari pengampunan Tuhan, maka konon salah satu kiat setan paling mutakhir untuk menjerumuskan manusia adalah 'membenarkan' semua tindakan dan ucapan manusia sehingga tidak pernah merasa bersalah. Dengan demikian, manusia pun tidak akan memohon ampun atau meminta maaf."


KH. A. Mustofa Bisri


Ultah

Pertama, saya ingin minta maaf. Saya tiada bermaksud dusta. Sungguh, hari ini bukanlah hari ulang tahun saya. Saya hanya ingin merayakan peringatan hari lahir saya secara sederhana dan sendiri. Saya hanya ingin tahu siapa saja yang nantinya tetap ada di sisi saya dan mengingat hari bahagia saya setulus-tulusnya tanpa reminder dari jejaring sosial. Saya punya cara hidup sendiri. Boleh kan?

Kedua, saya ingin berterima kasih. terima kasih untuk pesan-pesan singkat yang masuk dalam Asha 302 butut ini. Terima kasih untuk doa-doa yang terlantun di kronologi facebook. Terima kasih untuk adik-adik angkatan yang rela menyapa dan berucap "Selamat ulang tahun ya mbak". Asykurukum Syukran Jazilan.

Ketiga, tidak semuanya yang ada di jejaring sosial harus benar kan? #selftoyor

Keempat, saya masih ganjil 21. Genapnya masih nanti, 24 Juni mendatang jika nafas saya masih terus berhembus seizin Allah. 

Kelima, adakah yang lebih menyedihkan daripada berkurangnya umur dan kemudian kamu menjadi udzur tanpa bermanfaat bagi ummat? 

beberapa ucapan untuk hari ulang tahun entah siapa.
maaf jika saya dusta, tapi sungguh saya tak akan menolak doa
diam-diam saya ucap amin dan balik berdoa untuk kamu-kamu semua

terima kasih tanpa pilih kasih :*


Prakata


Siang ini ada bahagia muncul di beranda saya. Ada binar-binar surga di sela keruwetan otak saya. Izinkan saya melempar tanya. Hal apa yang membahagiakanmu selain hidupmu dipenuhi cinta? Tak ada. Maka, marilah turut serta berbahagia bersama saya dan adik saya semasa sekolah =D

Saya memang terlalu sibuk mengejar ci[n]ta hingga hati saya tak jua berpaut pada siapapun. Sedih? Iya, sering malah terkadang. Saya juga ingin seperti yang lain, bertemu sosok yang membuat degup dada saya berkali-kali lipat lebih banyak. Tapi, saya sadar bahwa hati tidak perlu dipaksa. Nun jauh di lauh al-mahfudz sana, sebelah hati saya telah tertawan. Saya hanya perlu memantaskan diri, dan tentu juga hati. Adakah yang lebih sakral daripada perasaan? Maka, marilah menjaga hati sebaik-baiknya, memuliakan perasaan yang kelak kau sebut cinta.

Siapapun yang sedang dipenuhi cinta, bersyukurlah. Ia menggenapkan bahagiamu yang ganjil. Ia menutup dukamu yang sendu. Maka, nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang kamu dustakan?


Arumdalu 04, 
dengan otak yang kembali menjumputi morfem untuk bahan skripsi

Thursday, February 21, 2013

Kepada Hati

Apa kabar? Saya harap kamu baik-baik saja dan akan terus baik. Kamu masih ingat lukamu setahun yang lalu sayang? Masih tentunya. Saya yakin kamu masih mengingatnya. Dengar baik-baik sayang... Kamu memang akan terus mengingat dan menyimpan memori pedih itu, tapi kamu hanya perlu memaafkan dan merelakan lukamu hilang. Kamu tahu kan pasti ada bahagia yang datang setelah luka yang kamu dapatkan? Karena Tuhan selalu menyembuhkan sayang... Ia selalu menyembuhkan setiap lukamu untuk kemudian membahagiakanmu. Saya akan terus berdoa agar kamu tidak sakit lagi, dan tentu saja kamu tidak balik menyakiti. Terkadang kamu memang harus sakit dulu untuk bangkit. Siapapun yang pernah toreh pedih itu, maafkan dan doakan dia dalam setiap pintamu. Sungguh, malaikat pun akan turut mengamini pintamu. Jadi, tanpa perlu saya tanya bagaimana kabarmu saya sudah tahu jawabnya kan? <3


ditujukan kepada hati saya sendiri
Yogyakarta, 2013

D O A

Saya tahu hanya kepada siapa saya akan berlabuh. Tapi... saya lupa kapan terakhir kali saya benar-benar melabuhkan diri. Di dermaga yang senantiasa saya sambangi, saya tidak sungguh-sungguh berlabuh, saya hanya lewat sambil lalu. Kini ada kerinduan yang tak tertahankan untuk kembali menuju satu-satunya labuhan saya. Saya tidak sedang dalam carut marut kesedihan hingga saya harus merengek-rengek pada-Nya. Pun, saya tidak sedang dalam gegap gempita kebahagiaan hingga saya harus memuji-muji nama-Nya. Saya sedang biasa-biasa saja. Saya hanya merasa kosong dan rindu. Saya rindu untuk sepenuhnya berlabuh pada-Nya. Itu saja. 

Ken[angan]

"Karena sampai kapanpun akan selalu ada kenangan yang tertinggal dari yang pernah kau kasihi. Selalu.."




Menyemai Harapan

Boleh jadi, ini semester terberat yang akan saya lalui. Sampai di titik ini saya memutuskan mempercepat waktu studi saya. Itu berarti saya harus berjuang mati-matian untuk bisa mencapai target wisuda November tahun ini. Ini semester pembuktian, semester penuh harapan. Baru juga mulai sudah terasa demikian berat. Tapi tak apa. Bukankah semakin tinggi pohon maka angin yang bertiup juga akan semakin kencang? Demikian juga semakin tinggi semester di mana kamu berada semakin berat hari-hari yang akan kamu lalui. Saya memang seorang yang bisa dikatakan study oriented. Beberapa kali IP saya nyaris mencapai sempurna, 4,00. Dan semester lalu adalah semester terburuk yang pernah saya alami. IP saya turun drastis. Saya terima. Sangat terima malah. Saya berdamai dengan portal akademik untuk kesemua itu. Saya tidak akan menyalahkan hal-hal di luar diri saya. Sungguh kalaupun prestasi saya menurun itu karena saya sendiri. Siapapun boleh mencela saya karena pilihan untuk study oriented. Bagi saya prestasi akademik adalah suatu keharusan. Apalagi mengenakan selempang cum laude di saat wisuda nanti. Itu mutlak bagi saya. 

Setiap orang memiliki pilihan sendiri dalam hidupnya. Termasuk saya. Saya memilih untuk berorientasi pada studi saya di semester ini. Dengan sepenuh hati saya niatkan untuk menyelesaikan jenjang strata 1 pada akhir tahun ini, November 2013. Saya tahu akan ada banyak terpaan badai mengguncang saya nantinya. Saya hanya tahu saya pasti bisa melewatinya, sekeras apapun itu. Saya niatkan kelulusan saya akan menjadi hadiah ulang tahun ibunda saya yang ke-51. Niat baik akan berakhir baik pula. Maka, semailah harapan sebaik-baiknya. Tuhan tidak akan kemana-mana. Ia selalu bersama orang baik dengan niat baik pula. 

Wednesday, January 30, 2013

Kejutan

Sejatinya hidup adalah kejutan di tiap harinya. Kamu pernah menghitung berapa kali kejutan yang kamu terima? Sungguh ke-selo-an saya yang demikian sangat pun tak mampu menghitungnya. Kamu pernah menebak kejutan apa yang bakal kamu terima? Saya pernah. Sayangnya tebakan saya sering meleset jauh. Saya termasuk orang yang jarang mendapat kejutan tapi saya gampang terkejut. Bingung? Saya juga bingung.

Bagi saya yang paling indah dalam setiap kejutan adalah terkejut itu sendiri. Ingat bagaimana jantungmu berdebar lebih cepat dari biasanya dan otakmu dipenuhi ribuan tanda tanya? Sensasi yang sangat luar biasa bukan? Atau biasa saja? Kalau bagi saya sih luar biasa.


Hidup adalah kejutan. Sesederhana itu. Saya menikmati kejutan-kejutan hidup yang ada. Misalnya kejutan nilai yang di luar ekspektasi ketika membuka portal akademik, kejutan mengetahui biaya sewa kost naik Rp 25.000,- per bulannya (dam* untuk kedua kejutan ini!), atau bahkan kejutan mendapati lelaki yang kamu taksir dua bulan lalu sekarang naksir kamu balik (yang terakhir ini fakta lho, dan tentunya yippi sekali XD).


Karena hidup adalah rangkaian misteri yang harus dijalani, maka kejutan adalah fakta menarik yang harus dinikmati. Jadi, apa kejutanmu hari ini?


Thursday, January 24, 2013

Njuk Aku Kudu Piye, Dab?

Aku pergi tahlil, kau bilang itu amalan jahil
Aku baca shalawat burdah, kau bilang itu bid’ah
Lalu aku harus bagaimana…?
Aku bertawasul dengan baik, kau bilang aku musrik
Aku ikut majlis zikir, kau bilang aku kafir
Lalu aku harus bagaimana…?
Aku sholat pakai lafadz niat, kau bilang aku sesat
Aku mengadakan maulid, kau bilang tak ada dalil yang valid
Lalu aku harus bagaimana…?
Aku gemar berziarah, kau bilang aku alap-alap berkah
Aku mengadakan selametan, kau bilang aku pemuja setan
Lalu aku harus bagaimana…?
Aku pergi yasinan, kau bilang itu tak membawa kebaikan
Aku ikuti tasawuf sufi, malah kau suruh aku menjauhi
Ya sudahlah… aku ikut kalian…
Kan ku pakai celana cingkrang, agar kau senang
Kan kupanjangkan jenggot, agar dikira berbobot
Kan ku hitamkan jidad, agar dikira ahli ijtihad
Aku kan sering menghujat, biar dikira hebat
Aku kan sering mencela, biar dikira mulia
Ya sudahlah… aku pasrah pada Tuhan yang ku sembah…

-AKU HARUS BAGAIMANA oleh GUS MUS-

Saya kerap kali gerah mendengar lagi dan lagi ocehan salah seorang teman di dunia maya tentang hal-hal yang saya yakini sepenuh hati dan saya kerjakan dengan senang hati tapi menurutnya sesat. Ngeri sekali mendengarnya. Saya dikiranya tidak menuhankan Tuhan. Duh! Lantas kalau saya tidak menuhankan Tuhan siapa lagi yang saya Tuhan-kan? Setan? 

Ketika saya memperingati maulid nabi, katanya ini tak ada tuntunannya.
Ketika saya baca yasin dan tahlil, katanya ini mengada-ada.
Ketika saya ziarah kubur, katanya aku dosa karena meminta pada benda.
Bahkan ketika hari raya kita tak sama, katanya puasaku percuma.
Duh.. padahal kita seagama.

Njuk aku kudu piye, Dab?


Jepara, 12 Rabi'ul Awwal 1434 H

Sunday, January 20, 2013

Ya Sudahlah...

Ketika mimpimu yang begitu indah tak pernah terwujud,
Ya sudahlah...

Barangkali ini kalimat yang tepat untuk saya, emm (calon) tim KKN saya tepatnya. Sejak beberapa bulan lalu kami sudah sering mengumpulkan otak untuk sebuah misi mulia. KKN. Singkirkan dulu tentang hal-hal yang kerap melekat dengan KKN seperti pertanyaan "mau KKN atau wisata?" atau yang lebih parah "mau KKN atau nyari jodoh?". Bagi saya KKN bukan sekedar bertamasya ria atau ajang mencari jodoh. Saya serius ingin mengamalkan tri darma perguruan tinggi. Saya ingin mengabdi walau hanya dengan 3 SKS ini. Namun, sepertinya LPPM Tuhan belum merestui misi mulia yang sudah tersusun lama dalam benak saya. Kemujan sepertinya tinggal kenangan. 

Saat kau berlari mengejar anganmu dan tak pernah sampai,
Ya sudahlah...

Saya yakin selalu ada jalan lain bagi mereka yang teguh memegang mimpinya. Saya yakin niat baik pasti akan berakhir baik pula. Meskipun saya tidak tahu apa jadinya KKN saya nantinya, di mana saya akan ditempatkan, dan dengan siapa saya menyukseskan 3 SKS ini. Tapi saya selalu percaya, ketika harapan masih berpendar dalam hati, ketika jiwa dan raga masih berusaha, dan lisan senantiasa berdoa, selama itu pula kenyataan akan di depan mata. 

Sampai sekarang saya masih berdoa agar LPPM Tuhan mengabulkan setiap pinta saya. Saya ingin mengabdi di Kemujan seperti mereka dan mereka. Dan terakhir, saya percaya Harya Banirfan adalah kormanit terbaik sejagat raya dan Devalana Permatasari Mushollini adalah kormasit terkeren sealam dunia. Saleum =D

Tuesday, January 15, 2013

Tumpahan Air

Kali ini bukan hanya tumpahan morfem saja, tumpahan air kawan. Saya menggunakan makna denotasi di sini. Hujan. Ya, hujan. Setelah beberapa hari lalu mendung Yogyakarta diculik badai narelle kini ia kembali lagi. Selalu ada sepermilidetik senyap yang menyergap ketika hujan datang. Saya terdiam pada sepermilidetik itu. 
Bagi saya hujan adalah tentang mengenang masa lalu. Begitu air tumpah dari langit, memori di masa lalu kerap kali berkunjung ke otak saya. Seperti sekarang. Salah satu memori yang muncul di kepala saya adalah masa-masa menjadi panitia. Dan saya akui, saya rindu menjadi panitia. Bodoh sekali bukan?
Sejak tahun pertama saya kuliah, saya belum pernah se-selo ini. Saya tak lagi mengurus ini-itu di kampus. Bahkan saya sudah lupa bagaimana membuat proposal, surat, timeline, rundown, dan segala tetek bengek acara kepanitiaan. Saya hanya diam di kamar memandangi hujan. Selo. Selo sekali hidup saya. Pernah saya mengutuk rutinitas super itu, ketika saya didera kesibukan bertubi-tubi. Tapi kini, saya menyesal mengutuknya. Saya rindu.
Ah, hujan memang selalu punya sihir untuk membangkitkan kenangan. 
*dalam keseloan yang tak terperi