Monday, December 30, 2013

Suka-Suka, Menilik Ulang Gubuk Maya As(y)-Syahwat

Bukan saya banget, boleh dibilang begitu. Biasanya saya hanya menyunting tulisan reporter-reporter saya di Bul, memperbaiki EYD, dan menyusun ulang logika bahasa. Pun, untuk tugas kuliah saya tidak pernah me-review secara utuh karya pujangga-pujangga ternama dari daratan Timur Tengah sana, tidak pernah sama sekali. Paling jauh hanya membedahnya dengan tinjauan kritik feminis, sosiologi, dan psikologi. Itu pun dengan sudut pandang  yang masih sempit. Kali ini, saya sudah tidak melakoninya lagi. Alasannya sederhana, waktu mempersilakan saya untuk purna tugas, tidak lagi menjadi editor dan menguliti karya orang. Saya kabur dari zona nyaman dan memulainya dari sini, me-review blog Gubuk Maya As(y)-Syahwat milik Dhona Adyatma dan teman se-gank-nya.

Seperti saya selo sekali ya, buang menit dan jam untuk me-review blog antah berantah milik keroyokan? Iya, saya memang selo dan jomblo. Baiklah segera saya mulai. Hal pertama yang menjadi perhatian saya adalah judul blog ini. Bukan karena namanya as(y)-syahwat. Saya tak mengapa dengan nama dianggap berkonotasi negatif bagi sebagian orang . Sebagai mahasiswa Sastra Arab dengan nilai A pada mata kuliah Fonologi, kaidah transliterasi Arab-Indonesia sudah terpatri rapi di otak saya. Menurut kaidah, nama as-syahwat menyalahi aturan transliterasi Arab-Indonesia. As(y)-syahwat jika diarabkan maka dimulai dengan al- yang diikuti syin dan dibaca asy-, bukan al- diikuti sin lalu kemudian syin dan dibaca as-sy. Demikian tinjauan saya dari sudut pandang fonologi.

Terlepas dari ke-saklek-kan fonologi, saya mengapresiasi blog ini. Saya melihat ada diskusi nan hidup dari morfem, klausa, dan wacana yang ditumpahkan penulis-yang-entah-siapa. Dari blog ini saya melihat realita sehari-hari, tentang diri sendiri yang kadang remeh dan temeh, teman, sosial, politik, agama, dan tentu saja persoalan-klasik-dari-masa-ke-masa, sebut saja cinta. Penulis memaparkan hal dengan tidak menggurui, begitu kesan saya. Bagian paling favorit saya adalah seri Lek Gon. Cerita Lek Gon disajikan dengan bernas, memperlihatkan sudut pandang yang tidak biasa. Meskipun EYD tidak berlaku utuh dalam blog ini, tapi esensi yang ingin disampaikan tidak lantas hilang. Persoalan agama yang diangkat juga cerdas. Penulis(-penulis)nya mampu mengolah kata membalas nyinyir-an kelompok-kelompok islam di luar sana yang katanya benar segala-galanya. Mungkin saya sedikit objektif karena sepertinya saya seideologi dengan penulis. Entahlah...

Apapun itu, membaca karya orang memang membahagiakan, apalagi menuliskannya.
You are what you read and you are what you write
Salam membaca dan menulis :)
-Arumdalu 04-

No comments:

Post a Comment