Thursday, February 28, 2013

Maaf


"Karena memohon ampun kepada Tuhan berarti pembebasan dari hukuman (siksa neraka), dan memohon maaf kepada orang juga menjadi syarat dari pengampunan Tuhan, maka konon salah satu kiat setan paling mutakhir untuk menjerumuskan manusia adalah 'membenarkan' semua tindakan dan ucapan manusia sehingga tidak pernah merasa bersalah. Dengan demikian, manusia pun tidak akan memohon ampun atau meminta maaf."


KH. A. Mustofa Bisri


Ultah

Pertama, saya ingin minta maaf. Saya tiada bermaksud dusta. Sungguh, hari ini bukanlah hari ulang tahun saya. Saya hanya ingin merayakan peringatan hari lahir saya secara sederhana dan sendiri. Saya hanya ingin tahu siapa saja yang nantinya tetap ada di sisi saya dan mengingat hari bahagia saya setulus-tulusnya tanpa reminder dari jejaring sosial. Saya punya cara hidup sendiri. Boleh kan?

Kedua, saya ingin berterima kasih. terima kasih untuk pesan-pesan singkat yang masuk dalam Asha 302 butut ini. Terima kasih untuk doa-doa yang terlantun di kronologi facebook. Terima kasih untuk adik-adik angkatan yang rela menyapa dan berucap "Selamat ulang tahun ya mbak". Asykurukum Syukran Jazilan.

Ketiga, tidak semuanya yang ada di jejaring sosial harus benar kan? #selftoyor

Keempat, saya masih ganjil 21. Genapnya masih nanti, 24 Juni mendatang jika nafas saya masih terus berhembus seizin Allah. 

Kelima, adakah yang lebih menyedihkan daripada berkurangnya umur dan kemudian kamu menjadi udzur tanpa bermanfaat bagi ummat? 

beberapa ucapan untuk hari ulang tahun entah siapa.
maaf jika saya dusta, tapi sungguh saya tak akan menolak doa
diam-diam saya ucap amin dan balik berdoa untuk kamu-kamu semua

terima kasih tanpa pilih kasih :*


Prakata


Siang ini ada bahagia muncul di beranda saya. Ada binar-binar surga di sela keruwetan otak saya. Izinkan saya melempar tanya. Hal apa yang membahagiakanmu selain hidupmu dipenuhi cinta? Tak ada. Maka, marilah turut serta berbahagia bersama saya dan adik saya semasa sekolah =D

Saya memang terlalu sibuk mengejar ci[n]ta hingga hati saya tak jua berpaut pada siapapun. Sedih? Iya, sering malah terkadang. Saya juga ingin seperti yang lain, bertemu sosok yang membuat degup dada saya berkali-kali lipat lebih banyak. Tapi, saya sadar bahwa hati tidak perlu dipaksa. Nun jauh di lauh al-mahfudz sana, sebelah hati saya telah tertawan. Saya hanya perlu memantaskan diri, dan tentu juga hati. Adakah yang lebih sakral daripada perasaan? Maka, marilah menjaga hati sebaik-baiknya, memuliakan perasaan yang kelak kau sebut cinta.

Siapapun yang sedang dipenuhi cinta, bersyukurlah. Ia menggenapkan bahagiamu yang ganjil. Ia menutup dukamu yang sendu. Maka, nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang kamu dustakan?


Arumdalu 04, 
dengan otak yang kembali menjumputi morfem untuk bahan skripsi

Thursday, February 21, 2013

Kepada Hati

Apa kabar? Saya harap kamu baik-baik saja dan akan terus baik. Kamu masih ingat lukamu setahun yang lalu sayang? Masih tentunya. Saya yakin kamu masih mengingatnya. Dengar baik-baik sayang... Kamu memang akan terus mengingat dan menyimpan memori pedih itu, tapi kamu hanya perlu memaafkan dan merelakan lukamu hilang. Kamu tahu kan pasti ada bahagia yang datang setelah luka yang kamu dapatkan? Karena Tuhan selalu menyembuhkan sayang... Ia selalu menyembuhkan setiap lukamu untuk kemudian membahagiakanmu. Saya akan terus berdoa agar kamu tidak sakit lagi, dan tentu saja kamu tidak balik menyakiti. Terkadang kamu memang harus sakit dulu untuk bangkit. Siapapun yang pernah toreh pedih itu, maafkan dan doakan dia dalam setiap pintamu. Sungguh, malaikat pun akan turut mengamini pintamu. Jadi, tanpa perlu saya tanya bagaimana kabarmu saya sudah tahu jawabnya kan? <3


ditujukan kepada hati saya sendiri
Yogyakarta, 2013

D O A

Saya tahu hanya kepada siapa saya akan berlabuh. Tapi... saya lupa kapan terakhir kali saya benar-benar melabuhkan diri. Di dermaga yang senantiasa saya sambangi, saya tidak sungguh-sungguh berlabuh, saya hanya lewat sambil lalu. Kini ada kerinduan yang tak tertahankan untuk kembali menuju satu-satunya labuhan saya. Saya tidak sedang dalam carut marut kesedihan hingga saya harus merengek-rengek pada-Nya. Pun, saya tidak sedang dalam gegap gempita kebahagiaan hingga saya harus memuji-muji nama-Nya. Saya sedang biasa-biasa saja. Saya hanya merasa kosong dan rindu. Saya rindu untuk sepenuhnya berlabuh pada-Nya. Itu saja. 

Ken[angan]

"Karena sampai kapanpun akan selalu ada kenangan yang tertinggal dari yang pernah kau kasihi. Selalu.."