Tuesday, January 15, 2013

Tumpahan Air

Kali ini bukan hanya tumpahan morfem saja, tumpahan air kawan. Saya menggunakan makna denotasi di sini. Hujan. Ya, hujan. Setelah beberapa hari lalu mendung Yogyakarta diculik badai narelle kini ia kembali lagi. Selalu ada sepermilidetik senyap yang menyergap ketika hujan datang. Saya terdiam pada sepermilidetik itu. 
Bagi saya hujan adalah tentang mengenang masa lalu. Begitu air tumpah dari langit, memori di masa lalu kerap kali berkunjung ke otak saya. Seperti sekarang. Salah satu memori yang muncul di kepala saya adalah masa-masa menjadi panitia. Dan saya akui, saya rindu menjadi panitia. Bodoh sekali bukan?
Sejak tahun pertama saya kuliah, saya belum pernah se-selo ini. Saya tak lagi mengurus ini-itu di kampus. Bahkan saya sudah lupa bagaimana membuat proposal, surat, timeline, rundown, dan segala tetek bengek acara kepanitiaan. Saya hanya diam di kamar memandangi hujan. Selo. Selo sekali hidup saya. Pernah saya mengutuk rutinitas super itu, ketika saya didera kesibukan bertubi-tubi. Tapi kini, saya menyesal mengutuknya. Saya rindu.
Ah, hujan memang selalu punya sihir untuk membangkitkan kenangan. 
*dalam keseloan yang tak terperi

No comments:

Post a Comment